Minggu, 28 Desember 2014

Konflik Agama Di Dunia

Pendahuluan

Ketika kita mengemudikan kendaraan di jalan raya kita terikat dengan aturan rambu-rambu lalu lintas yang ada. Traffic light, bila menunjukkan lampu merah, mengharuskan kita untuk berhenti dan mempersilahkan jalur lain untuk berjalan, dan bila lampu hijau hidup kita boleh melintas dan jalur lain berhenti. Ketika mengikuti aturan itu, kita berharap pengemudi lain juga memahami traffic light sebagaimana yang kita pahami sekaligus mau mengikuti pesan yang disampaikan traffic lighttersebut. Bila ternyata pengemudi lain mempunyai pemahaman yang berbeda tentang makna warna lampu-lampu tersebut, maka akan terjadilah clash atau konflik.

Konflik Maluku, Poso, ditambah sejumlah kasus terpisah di berbagai  tempat di mana kaum Muslim terlibat konflik secara langsung dengan umat Kristen adalah sejumlah contoh konflik yang  sedikit banyak dipicu oleh perbedaan konsep di antara kedua agama ini. Perang Salib (1096-1271) antara umat Kristen Eropa dan Islam, pembantaian umat Islam di Granada oleh Ratu Isabella ketika mengusir Dinasti Islam terakhir di Spanyol, adalah konflik antara Islam dan Kristen yang terbesar sepanjang sejarah. Catatan ini, mungkin akan bertambah panjang, jika intervensi Barat (Amerika dan sekutu-sekutunya) di dunia Islam dilampirkan pula di sini. Perang antara Israel yang Yahudi dengan Palestina yang Muslim adalah contoh lain dari konflik antar umat beragama yang masih belum selesai hingga hari ini. Pembantaian umat Yahudi oleh Nazi yang notabene adalah adalah konflik terbesar antara pemeluk agama Yahudi dan Nasrani Pandangan stereotip satu kelompok terhadap kelompok lainnya, biasanya menjadi satu hal yang muncul bersamaan dengan terdengarnya genderang permusuhan, yang diikuti oleh upaya saling serang, saling membunuh, membakar rumah-rumah ibadah seteru masing-masing, dan sebagainya.  Umat Islam dipandang sebagai umat yang radikal, tidak toleran, dan sangat subjektif dalam memandang kebenaran yang, boleh jadi terdapat pada umat. Sementara umat Kristen dipandang sebagai umat yang agresif dan ambisius yang bertendensi menguasai segala aspek kehidupan dan berupaya menyebarkan pesan Yesus yang terakhir, “Pergilah ke seluruh dunia dan kabarkanlah Injil kepada seluruh makhluk!” (Martius 16: 15)

Pengertian Konflik
Secara etimologi, konflik berasal dari kata kerja Latin confligere yang berarti saling memukul. Menurut kamus besar bahasa Indonesia konflik adalah percekcokkan, perselisihan, pertentangan. Secara terminologi, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Menurut para ahli, konflik adalah sebagaimana tersebut di bawah ini:
  •   Berstein
Konflik merupakan suatu pertentangan, perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik mempunyai potensi positif dan ada pula yang negative di dalam interaksi social.
  •   Dr. Robert M.Z. Lawang
Konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, kekuasaan, di mana tujuan dari mereka yang berkonflik, tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya.
  •   Drs. Ariyono Suyono
Konflik adalah proses atau keadaan di mana dua pihak berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing yang disebabkan adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai  ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.
  •  James W. Vander Zanden
Konflik adalah suatu pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, kekuasaan, status atau wilayah tempat pihak yang saling berhadapan betujuan menetralkan, merugikan, ataupun menyisihkan lawan mereka.
  •   Soerjono Soekanto
Konflik adalah proses social dimana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan.

Penyebab Terjadinya Konflik
Secara umum penyebab terjadinya konflik adalah sebagai berikut:
  • Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
  •  Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang            berbeda.

  • · Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.



Agama Dan Konflik
Sejumlah kerusuhan dan konflik sosial telah terjadi di berbagai kawasan di dunia. Beberapa di antaranya berskala besar dan berlangsung lama, seperti konflik Israel-Palestina, sengketa Kashmir, Perang Salib, Perang Bosnia, dan Holocaust. Ada baiknya kita melihat sekilas satu persatu konflik-konflik tersebut di atas agar bisa melihat gambaran yang jelas tentang konflik-konflik antara pemeluk agama di dunia.
Perang Salib mungkin adalah konflik terbesar antara umat Islam dan Kristen yang tertoreh dalam sejarah dan tak kan pernah terlupakan. Kebencian antara kedua pemeluk agama ini belakangan sering berakar pada peristiwa sejarah tersebut. Meskipun potensi perbedaan dari sisi keagamaan sudah ada sebelumnya, namun pengaruh perang salib memberikan kontribusi yang besar terhadap ketegangan umat Islam dan Kristen.
Sebagian besar pengaruh kebudayaan Islam atas Eropa terjadi akibat pendudukan kaum Muslim di Spanyol dan Sisilia. Berasal dari sekelompok tentara pengintai Islam menyeberang dari Afrika Utara ke ujung paling selatan Spanyol pada Juli 710. Laporan kegiatan mata-mata ini menimbulkan minat baru untuk menyerang. Spanyol Islam dianggap mencapai puncak kekuasaan dan kemakmurannya pada masa kekhalifahan Abd al-Rahman III (912 – 961). Keberadaan negara atau wilayah tidak lepas dari gerakan-gerakan politik di dalamnya.
Gerakan politik ini selalu melekat pada pemerintahan Islam di sepanjang sejarah, termasuk Islam di Spanyol. Intrik-intrik ini membuat Spanyol Islam mengalami pasang surut. Dunia Kristen Latin juga merasakan pengaruh Islam melalui Sisilia. Serangan pertama ke Sisilia terjadi pada tahun 652 di kota Sisacusa. Akan tetapi pendudukan orang-orang Arab di Sisilia tidak berlangsung lama. Kebangkitan kembali Kerajaan Byzantium mengakibatkan berakhirnya semua pendudukan atas wilayah-wilayah penting. Byzantium menggandeng gereja untuk menguasai wilayah-wilayah Islam. Peperangan dengan menggunakan atribut gereja ini kemudian menjadi perang Kristen melawan Islam yang banyak menyita waktu.
Bila kita cermati factor utama terjadinya perang salib, maka kita akan mendapatkan bahwa alasan politik dan perluasan wilayah untuk menguasai sumber-sumber alamlah yang menjadi dasarnya. Hal yang sama juga terjadi di Palestina, ketika Inggris memberikan tempat bagi bangsa Israel untuk mendirikan negaranya di tanah Palestina. Pertambahan imigran Yahudi ke Palestina semakin pesat karena bangsa ini mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi di berbagai belahan dunia, disamping keyakinan mereka bahwa tanah tersebut adalah janji tuhan yang diperuntukkan bagi mereka. Kedatangan ini kemudian dimaknai sebagai agresi orang luar terhadap bangsa Palestina yang merdeka. Pada gilirannya konflik fisik pun terjadi dengan membawa bendera agama.

Tak berbeda dengan kasus Indonesia, kajian-kajian yang telah dilakukan mengatakan bahwa konflik di Maluku pada awalnya disebabkan oleh karena kesenjangan ekonomi dan kepentingan politik. Eskalasi politik meningkat cepat karena mereka yang bertikai melibatkan sentimen keagamaan untuk memperoleh dukungan yang cepat dan luas. Agama dalam kaitan ini bukan pemicu konflik, karena isu agama itu muncul belakangan.

Sumber :

Islamic Studies

Amstrong, Karen. Berperang Demi Tuhan. Bandung: Mizan. 2002 Husaini, Adian, MA,

Tinjauan Historis Konflik Yahudi Kristen Islam, Gema Insani Press, Jakarta, 2004

Halking dan Mukmin, Budi Ali. 2012. Bahan Ajar Ilmu Politik. Medan: Fakultas Ilmu Sosial